gratefuldoggies.net – Laut dalam, yang terletak di bawah 200 meter dari permukaan, adalah dunia gelap yang penuh misteri. Tanpa sinar matahari, makhluk di kedalaman ini telah mengembangkan adaptasi unik, salah satunya adalah bioluminesensi—kemampuan untuk memancarkan cahaya dari tubuh mereka. Pada April 2025, penelitian tentang fenomena ini terus mengungkap keajaiban kehidupan laut dalam.
Bioluminesensi terjadi ketika enzim luciferase bereaksi dengan molekul luciferin, menghasilkan cahaya tanpa panas. Makhluk seperti anglerfish menggunakan cahaya ini untuk menarik mangsa di kegelapan abadi. Cahaya biru atau hijau yang mereka pancarkan paling efektif menembus air laut, menurut studi dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Sementara itu, cumi-cumi vampir (Vampyroteuthis infernalis) memanfaatkan bioluminesensi untuk membingungkan predator dengan semburan cahaya, mirip “tinta bercahaya”.
Di Palung Mariana, yang mencapai kedalaman 11.000 meter, para ilmuwan menemukan bahwa lebih dari 80% spesies laut dalam memiliki kemampuan bioluminesensi. Ini membantu mereka berkomunikasi, mencari pasangan, atau menghindari bahaya. Misalnya, ubur-ubur Atolla menggunakan kilatan cahaya untuk menarik perhatian predator lain saat diserang, sebuah strategi yang dikenal sebagai “alarm pencuri”.
Namun, bioluminesensi juga menunjukkan kerentanan ekosistem laut dalam. Pencemaran cahaya dari aktivitas manusia, seperti penambangan laut dalam, dapat mengganggu pola alami makhluk ini. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perubahan iklim juga memengaruhi suhu dan kadar oksigen di laut dalam, yang berpotensi mengurangi populasi spesies bioluminesen.
Kehidupan di laut dalam adalah bukti adaptasi luar biasa makhluk hidup. Bioluminesensi bukan hanya keajaiban alam, tetapi juga pengingat akan pentingnya menjaga ekosistem laut yang rapuh. Mari kita dukung upaya konservasi untuk melindungi dunia misterius ini, agar generasi mendatang masih bisa menyaksikan “lampu-lampu” alami di kedalaman lautan.