gratefuldoggies.net – Gerenuk (Litocranius walleri), yang dikenal juga sebagai “jerapah gazel” atau “Waller’s gazelle,” adalah spesies antelop unik yang hidup di wilayah kering Afrika Timur. Nama “gerenuk” berasal dari bahasa Somalia, “gáránúug,” yang berarti “berleher jerapah,” mengacu pada leher panjangnya yang khas. Pertama kali dideskripsikan oleh naturalis Victor Brooke pada tahun 1879, gerenuk adalah satu-satunya anggota genus Litocranius dan memiliki ciri fisik serta perilaku yang membedakannya dari antelop lain. Artikel ini akan membahas karakteristik, habitat, perilaku, dan status konservasi gerenuk.
Ciri Fisik Gerenuk
Gerenuk adalah antelop berukuran sedang dengan tubuh ramping dan anggota badan yang panjang. Tinggi bahu gerenuk berkisar antara 80-105 cm (31-41 inci), dengan panjang kepala dan tubuh sekitar 140-160 cm (55-63 inci). Beratnya bervariasi antara 18-52 kg (40-115 pon), dengan jantan lebih berotot dan sedikit lebih berat dibandingkan betina.
Ciri paling menonjol gerenuk adalah leher dan kakinya yang panjang, yang memungkinkannya menjangkau dedaunan di ketinggian hingga 2 meter dengan berdiri di atas kaki belakangnya. Kepalanya kecil, berbentuk baji, dengan mata besar dan bulat serta telinga berukuran sedang. Bulu gerenuk halus dan mengilap, dengan warna cokelat kemerahan di bagian punggung (disebut “saddle”) dan sisi tubuh yang lebih terang berwarna cokelat kekuningan hingga krem. Bagian bawah perut, bagian dalam kaki, dan area sekitar mata serta mulut berwarna putih. Betina memiliki bercak gelap di mahkota kepala, sedangkan jantan memiliki tanduk berbentuk lira (“S”-shaped) sepanjang 25-44 cm yang melengkung ke belakang lalu sedikit ke depan.
Gerenuk menyerupai dibatag (Ammodorcas clarkei), tetapi memiliki leher yang lebih panjang dan ekor yang lebih pendek. Perbedaan lain termasuk bentuk tanduk dan struktur telinga yang tidak memiliki lipatan ke dalam di ujungnya.
Habitat dan Penyebaran
Gerenuk tersebar di wilayah Horn of Africa, meliputi Djibouti selatan, Somalia, Ethiopia timur, Kenya, dan Tanzania timur laut, hingga Taman Nasional Tarangire. Mereka lebih menyukai habitat semiarid hingga arid seperti semak berduri, hutan semak, dan dataran tanpa pohon, serta menghindari hutan lebat atau padang rumput terbuka. Kemampuan mereka untuk bertahan hidup tanpa minum air, dengan mendapatkan kelembapan dari tumbuhan yang dimakan, memungkinkan mereka hidup di lingkungan yang sangat kering.
Populasi gerenuk tidak pernah melimpah. Di Taman Nasional Tsavo, Kenya, mereka hanya menyumbang kurang dari 0,5% dari total biomassa mamalia berkuku. Namun, degradasi padang rumput akibat kekeringan dan penggembalaan berlebihan oleh ternak domestik telah memperluas habitat semak berduri, yang justru menguntungkan gerenuk.
Perilaku dan Pola Makan
Gerenuk adalah hewan diurnal, aktif pada siang hari, tetapi sering beristirahat di tempat teduh pada tengah hari untuk menghindari panas. Mereka adalah peramban (browser), bukan pemakan rumput, dan mengonsumsi daun, pucuk, bunga, buah, dan dedaunan semak berduri seperti akasia. Dengan berdiri di kaki belakang dan menggunakan kaki depan untuk menarik cabang, gerenuk dapat mencapai makanan yang tidak terjangkau oleh antelop lain. Struktur tulang belakang yang dimodifikasi dan kaki belakang yang kuat memungkinkan mereka mempertahankan posisi ini untuk waktu yang lama.
Gerenuk hidup dalam kelompok kecil berjumlah 2-6 ekor, biasanya terdiri dari betina beserta anak-anaknya atau kelompok bujangan jantan. Jantan dewasa cenderung soliter dan sangat teritorial, menandai wilayah mereka dengan sekresi dari kelenjar preorbital di depan mata, kelenjar di lutut, dan di antara celah kuku. Wilayah jantan biasanya mencakup 2-6 km², sementara kelompok betina berkeliaran di area seluas 1-2 mil persegi, sering kali melintasi beberapa wilayah jantan. Gerenuk bersifat damai dan jarang berkelahi, lebih memilih untuk menghindari konflik.
Mereka menggunakan berbagai vokalisasi untuk berkomunikasi, seperti dengungan saat waspada, siulan saat kesal, dan bleating keras saat dalam bahaya. Betina menggunakan bleating lembut untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya.
Reproduksi
Gerenuk memiliki sistem perkawinan poligini, di mana satu jantan kawin dengan beberapa betina. Mereka dapat berkembang biak sepanjang tahun, meskipun kelahiran sering terjadi selama musim hujan ketika makanan lebih melimpah. Betina biasanya melahirkan setiap 1-2 tahun, tergantung pada jenis kelamin anak sebelumnya, karena jantan membutuhkan waktu lebih lama untuk disapih. Masa kehamilan berlangsung sekitar 165-180 hari, menghasilkan 1-2 anak yang sudah dapat berjalan dalam beberapa menit setelah lahir.
Betina sangat protektif, menyembunyikan anak mereka di semak-semak dan membersihkan kotoran mereka untuk menghindari deteksi predator. Anak betina disapih pada usia 1 tahun, sedangkan jantan pada usia 1,5-2 tahun dan tetap bersama ibunya hingga usia 2 tahun. Betina mencapai kematangan seksual pada usia 1 tahun, sedangkan jantan pada 1,5 tahun, tetapi mereka baru berkembang biak setelah memiliki wilayah sendiri, biasanya pada usia 3-4 tahun. Umur gerenuk di alam liar sekitar 8 tahun, tetapi bisa mencapai 13 tahun di penangkaran.
Status Konservasi
Menurut IUCN, gerenuk diklasifikasikan sebagai “Near Threatened” (Hampir Terancam) karena penurunan populasinya akibat perburuan dan gangguan manusia. Sekitar 95.000 gerenuk diperkirakan masih ada di alam liar, tetapi kehilangan habitat akibat aktivitas pertanian, pengumpulan kayu bakar, dan konflik politik menyulitkan pemantauan populasi, terutama di Somalia. Namun, gerenuk dilindungi di beberapa taman nasional seperti Tsavo East, Meru, dan Amboseli di Kenya, serta cadangan lainnya. Mereka juga diuntungkan oleh perluasan semak berduri akibat penggembalaan berlebihan.
Gerenuk sering diburu untuk diambil dagingnya atau sebagai trofi, tetapi perburuan ini diatur dengan izin di sebagian besar wilayahnya. Mereka juga menjadi daya tarik dalam fotosafari, meskipun tidak berkembang baik di penangkaran dan jarang dibiakkan di kebun binatang.
Fakta Menarik
-
Tidak Perlu Minum Air: Gerenuk mendapatkan semua kelembapan yang dibutuhkan dari tumbuhan, memungkinkan mereka bertahan di gurun tanpa pernah minum air.
-
Kelenjar Aroma Unik: Selain kelenjar preorbital, gerenuk memiliki kelenjar aroma di lutut dan di antara kuku, yang digunakan untuk menandai wilayah dan menarik pasangan.
-
Adaptasi Makan: Moncong runcing, bibir fleksibel, dan lidah panjang memungkinkan gerenuk memakan daun dari semak berduri tanpa terluka.
-
Predator: Gerenuk menjadi mangsa singa, cheetah, macan tutul, hyena, anjing liar Afrika, dan elang. Mereka mengandalkan kamuflase dan lari cepat hingga 64 km/jam untuk melarikan diri.
Gerenuk adalah antelop yang menakjubkan dengan adaptasi luar biasa untuk bertahan hidup di lingkungan kering Afrika Timur. Leher dan kaki panjangnya, kemampuan berdiri di kaki belakang, dan ketahanan tanpa air menjadikannya salah satu peramban paling eksklusif di antara antelop. Meskipun menghadapi ancaman dari perburuan dan kehilangan habitat, gerenuk tetap bertahan di wilayah yang dilindungi dan mendapat manfaat dari perubahan lingkungan tertentu. Keunikan fisik dan perilaku gerenuk menjadikannya subjek menarik bagi penggemar satwa liar dan wisatawan safari.