Ekidna Moncong Panjang, Mamalia yang Kembali Muncul Setelah 62 Tahun Menghilang

gratefuldoggies.net – Ekidna moncong panjang (Zaglossus spp.) adalah salah satu mamalia paling unik dan langka di dunia. Sebagai anggota kelompok monotremata, mamalia bertelur yang hanya ditemukan di Papua dan Australia, ekidna moncong panjang menarik perhatian karena ciri-cirinya yang tidak biasa dan statusnya yang terancam punah.

Apa Itu Ekidna Moncong Panjang?

Ekidna moncong panjang adalah mamalia dari genus Zaglossus, yang terdiri dari tiga spesies hidup: Zaglossus bruijnii (ekidna moncong panjang barat), Zaglossus bartoni (ekidna moncong panjang timur), dan Zaglossus attenboroughi (ekidna moncong panjang Sir David atau payangko). Berbeda dengan ekidna moncong pendek (Tachyglossus aculeatus), spesies moncong panjang memiliki moncong yang lebih panjang dan melengkung ke bawah, serta tubuh yang lebih besar.

Ekidna adalah bagian dari monotremata, kelompok mamalia primitif yang bertelur, bersama dengan platipus. Mereka memiliki duri seperti landak, moncong panjang seperti tenggiling, dan berkembang biak dengan bertelur, menjadikannya salah satu hewan paling aneh dan menarik di dunia.

Karakteristik Fisik

Ekidna moncong panjang memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari mamalia lain:

  • Ukuran dan Berat: Panjang tubuh berkisar antara 45-77 cm, dengan berat rata-rata 5-16,5 kg, menjadikannya monotremata terbesar. Z. bruijnii bisa mencapai 16,5 kg, sedangkan Z. attenboroughi lebih kecil, sekitar 5 kg.

  • Moncong: Moncongnya panjang (10,5 cm untuk Z. bruijnii), melengkung ke bawah, dan dilengkapi reseptor elektrosensor untuk mendeteksi medan listrik mangsa, seperti cacing tanah.

  • Duri dan Bulu: Tubuhnya ditutupi bulu kasar dan duri keratin, mirip landak, yang berfungsi sebagai perlindungan dari predator. Duri pada Z. bruijnii di Pulau Salawati bahkan ditemukan di perut.

  • Kuku: Jumlah kuku bervariasi; Z. bruijnii memiliki tiga (jarang empat) kuku, sedangkan Z. attenboroughi dan Z. bartoni memiliki lima kuku di kaki depan dan belakang.

  • Kantung: Ekidna betina memiliki kantung untuk mengerami telur dan merawat anaknya, meskipun tidak memiliki puting susu. Anak ekidna menyusu melalui pori-pori kelenjar susu.

Habitat dan Persebaran

Ekidna moncong panjang adalah hewan endemik Papua, Indonesia, dan Papua Nugini. Mereka hidup di habitat khusus:

  • Z. bruijnii: Ditemukan di Semenanjung Vogelkop, Pulau Batanta, Waigeo, dan Salawati, Papua Barat, pada ketinggian 1.300-4.000 meter di padang rumput alpin dan hutan lembap.

  • Z. bartoni: Hidup di pegunungan Papua Nugini pada ketinggian 600-3.200 meter, termasuk Huon Peninsula.

  • Z. attenboroughi: Tinggal di Pegunungan Cyclops, Papua, pada ketinggian hingga 2.500 meter. Spesies ini adalah yang terkecil di genusnya.

Hewan ini bersifat nokturnal dan soliter, menghabiskan banyak waktu di sarang bawah tanah atau gua karst, membuatnya sulit dideteksi.

Perilaku dan Makanan

Ekidna moncong panjang adalah pemakan cacing tanah, berbeda dengan ekidna moncong pendek yang memakan semut dan rayap. Moncongnya yang sensitif dilengkapi elektrosensor untuk mendeteksi medan listrik mangsa di tanah lembap. Mereka menggali dengan cakar kuat dan menggunakan lidah lengket untuk menangkap mangsa.

Hewan ini cenderung menghindari predator dengan menggulung tubuhnya menjadi bola berduri atau bersembunyi di liang. Mereka hanya mengeluarkan suara mendengus lembut, membuatnya sulit dilacak.

Reproduksi

Sebagai monotremata, ekidna moncong panjang bertelur. Betina menghasilkan satu telur bercangkang lunak 20-22 hari setelah pembuahan, yang diletakkan di kantung tubuhnya. Telur menetas setelah 10 hari, dan anak ekidna (disebut puggle) tetap di kantung selama 45-55 hari, menyusu melalui pori-pori kelenjar susu.

Status Konservasi

Ketiga spesies ekidna moncong panjang diklasifikasikan sebagai Critically Endangered oleh IUCN karena penurunan populasi akibat:

  • Perusakan Habitat: Aktivitas manusia seperti deforestasi dan pertambangan mengurangi habitat alami mereka.

  • Perburuan Tradisional: Meskipun dilarang di Indonesia dan Papua Nugini, perburuan untuk konsumsi, penjualan, atau hiburan masih terjadi, terutama di kampung seperti Waibem dan Saukorem.

  • Sulitnya Deteksi: Sifat nokturnal dan soliter membuat pemantauan populasi sulit. Z. attenboroughi bahkan dianggap punah hingga ditemukan kembali pada Juli 2023 di Pegunungan Cyclops melalui kamera jebak.

Makna Budaya

Bagi masyarakat Papua, ekidna moncong panjang memiliki nilai budaya yang signifikan:

  • Di Kampung Ormu Wari, ekidna dianggap keramat dan dihormati sebagai “raja hutan,” bahkan ditakuti anjing pemburu.

  • Di Dormena, ekidna melambangkan perdamaian dalam penyelesaian konflik.

  • Di Wambena, mencari ekidna digunakan sebagai hukuman adat karena sulitnya menemukan hewan ini.

Upaya Konservasi

Untuk melindungi ekidna moncong panjang, beberapa langkah telah diambil:

  • Ekowisata: Pengembangan ekowisata berbasis satwa di Papua Barat, seperti di Kampung Waibem dan Saukorem, bertujuan mengurangi perburuan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

  • Penelitian dan Pemantauan: Ekspedisi seperti Cycloop Expedition menggunakan kamera jebak untuk memantau populasi, menghasilkan penemuan kembali Z. attenboroughi pada 2023.

  • Regulasi: Pemerintah Indonesia dan Papua Nugini telah melarang perburuan, meskipun penegakan hukum masih lemah terhadap perburuan tradisional.

Ekidna moncong panjang adalah harta karun biologis dan budaya yang menunjukkan keunikan biodiversitas Papua. Dengan ciri-ciri unik seperti duri, moncong elektrosensor, dan kemampuan bertelur, hewan ini adalah bukti evolusi mamalia purba yang masih bertahan. Namun, ancaman terhadap habitat dan perburuan membuatnya sangat rentan. Upaya konservasi, penelitian, dan edukasi masyarakat sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidup ekidna moncong panjang. Dengan melindungi spesies ini, kita tidak hanya menjaga warisan alam Indonesia tetapi juga menghormati nilai budaya masyarakat Papua yang menganggapnya sebagai simbol kehormatan dan perdamaian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *