Kakapo, Burung Beo Malam yang Unik dari Selandia Baru

gratefuldoggies.net – Kakapo (Strigops habroptilus), juga dikenal sebagai “beo malam” atau “parrot owl,” adalah burung yang luar biasa dan hanya ditemukan di pulau-pulau terpencil di Selandia Baru. Sebagai salah satu spesies burung paling langka di dunia, kakapo memiliki sejarah panjang dan karakteristik yang membuatnya menarik bagi para ilmuwan dan pecinta alam. Berikut adalah ulasan mendalam tentang kakapo, termasuk fakta menarik, keunikan, dan upaya konservasinya.

1. Burung Endemik Selandia Baru

Kakapo adalah burung endemik yang hanya hidup di hutan-hutan lebat di pulau-pulau kecil seperti Whenua Hou (Codfish Island) dan Anchor Island di lepas pantai Selandia Baru. Sebelum manusia tiba, kakapo tersebar luas di Pulau Utara dan Pulau Selatan Selandia Baru, tetapi perusakan habitat dan predator introduksi telah mempersempit wilayah hidupnya.

2. Burung Beo yang Tidak Bisa Terbang

Tidak seperti kebanyakan burung beo, kakapo tidak bisa terbang. Sayapnya hanya digunakan untuk keseimbangan saat memanjat pohon atau melompat dari ketinggian rendah. Kakapo lebih suka berjalan atau memanjat dengan cakarnya yang kuat, menjadikannya burung darat yang unik.

3. Penampilan yang Mencolok

Kakapo memiliki bulu hijau lumut dengan bercak kuning dan cokelat, memberikan kamuflase sempurna di lingkungan hutan. Burung ini memiliki tubuh besar untuk ukuran beo, dengan panjang hingga 60 cm dan berat rata-rata 2-4 kg. Wajahnya yang bulat dan ekspresif sering digambarkan sebagai “imut” oleh para peneliti.

4. Hewan Nokturnal

Kakapo aktif di malam hari, yang menjelaskan julukan “beo malam.” Kebiasaan nokturnalnya membantu mereka menghindari predator di masa lalu, meskipun sekarang ancaman utama berasal dari spesies introduksi seperti kucing dan tikus.

5. Sistem Kawin yang Unik

Kakapo memiliki sistem kawin yang disebut lek mating, di mana jantan berkumpul di area tertentu dan membuat suara “booming” rendah untuk menarik betina. Suara ini bisa terdengar hingga beberapa kilometer di malam yang tenang. Jantan menggali mangkuk kecil di tanah untuk memperkuat suara mereka, menciptakan resonansi alami.

6. Populasi yang Sangat Langka

Pada tahun 2025, populasi kakapo diperkirakan hanya sekitar 252 ekor berdasarkan data terbaru dari Kakapo Recovery Programme. Angka ini meningkat dari titik terendah pada 1990-an, ketika hanya tersisa sekitar 50 ekor. Setiap kakapo yang masih hidup diberi nama dan dipantau secara ketat.

7. Siklus Reproduksi yang Lambat

Kakapo memiliki tingkat reproduksi yang sangat lambat. Mereka hanya berkembang biak setiap 2-4 tahun, tergantung pada ketersediaan makanan, terutama buah pohon rimu. Betina biasanya bertelur 1-4 butir, dan anak burung membutuhkan perawatan intensif selama beberapa bulan.

8. Diet Vegetarian

Kakapo adalah herbivora, memakan daun, kulit kayu, buah, dan biji, dengan preferensi khusus pada buah rimu. Mereka memiliki kemampuan unik untuk mengunyah tumbuhan dengan paruhnya yang kuat, menjadikannya bagian penting dari ekosistem hutan sebagai penyebar biji.

9. Umur Panjang

Kakapo bisa hidup sangat lama, dengan harapan hidup rata-rata 60-90 tahun di alam liar. Beberapa individu bahkan diyakini telah hidup lebih dari 100 tahun, menjadikannya salah satu burung dengan umur terpanjang di dunia.

10. Upaya Konservasi yang Intensif

Program pemulihan kakapo, yang dijalankan oleh Department of Conservation Selandia Baru, telah menjadi salah satu inisiatif konservasi paling sukses. Upaya ini melibatkan pemantauan individu, pengendalian predator, dan penetasan telur secara buatan. Setiap burung dilengkapi dengan pemancar radio untuk melacak pergerakan mereka.

11. Ancaman dari Predator Introduksi

Kedatangan manusia dan hewan seperti kucing, tikus, dan cerpelai di Selandia Baru hampir memusnahkan kakapo. Pulau-pulau bebas predator seperti Whenua Hou menjadi tempat perlindungan utama untuk menjaga kelangsungan hidup spesies ini.

12. Kakapo Terkenal: Sirocco

Salah satu kakapo yang paling terkenal adalah Sirocco, yang menjadi “duta” spesies ini setelah menjadi viral karena tingkah lakunya yang lucu di acara BBC Last Chance to See pada 2009. Sirocco membantu meningkatkan kesadaran global tentang konservasi kakapo.

13. Peran Teknologi dalam Konservasi

Teknologi modern, seperti drone untuk pengawasan dan analisis DNA untuk memastikan keragaman genetik, telah membantu upaya pelestarian kakapo. Peneliti juga menggunakan kecerdasan buatan untuk memprediksi waktu berkembang biak berdasarkan pola makanan.

14. Warisan Budaya Māori

Dalam budaya Māori, kakapo dianggap sebagai taonga (harta karun). Nama “kakapo” berasal dari bahasa Māori, yang berarti “beo malam.” Masyarakat Māori turut mendukung upaya konservasi melalui keterlibatan dalam program pemulihan.

15. Masa Depan Kakapo

Meski populasinya meningkat, kakapo tetap berada di ambang kepunahan. Tantangan utama termasuk keragaman genetik yang rendah dan perubahan iklim yang memengaruhi ketersediaan makanan. Namun, dengan dukungan global dan dedikasi tim konservasi, ada harapan bahwa kakapo akan terus bertahan.

Kakapo adalah simbol ketahanan dan keunikan alam Selandia Baru. Dengan penampilan yang menawan, perilaku unik, dan statusnya sebagai salah satu burung paling langka di dunia, kakapo menarik perhatian global untuk pelestarian spesies. Upaya konservasi yang terus berjalan memberikan harapan bahwa “beo malam” ini akan terus menghiasi hutan-hutan Selandia Baru untuk generasi mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *